MAKALAH SISTEM STATUS DAN PELAPISAN MASYARAKAT
MAKALAH SISTEM STATUS
DAN PELAPISAN MASYARAKAT
(
Laporan Praktikum Sosiologi Pedesaan )
Oleh
Kelompok 4
Kelompok 4
Intan
Safitri ( 1814161001 )
Susanto ( 1814161020 )
Cahya Adi Pranata ( 1854161005 )
M. Alipha . H ( 1814161008 )
Susanto ( 1814161020 )
Cahya Adi Pranata ( 1854161005 )
M. Alipha . H ( 1814161008 )

JURUSAN AGRONOMI DAN
HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan
merupakan proses membimbing manusia dari kegelapan,
kebodohan, dan
pengetahuan. Dalam arti luas, pendidikan formal maupun
informal
meliputi segala hal yang memperluas penetahuan manusia tentang
dirinya sendiri
dan tentang dunia tempat mereka hidup. Pendidikan dapat
diwujudkan dalam
berbagai cara, baik yang positif maupun negatif .
Lembaga
pendidikan atau sekolah bertalian dengan perkembangan dan
perubahan
kelakuan anak didik. Pendidikan juga bertumpu pada transmisi
pengetahuan,
sikap, keterampilan maupun aspek-aspek kelakuan lainnya.
Kelakuan manusia
hakikatnya bersifat sosial, yakni adanya interaksi antar
individu maupun
masyarakat. Setiap masyarakat tentu saja mempunyai
karakteristik
tersendiri sebagai norma pada budaya yang berbeda dengan
karakteristik
lain.
Melalui proses
interaksi seseorang menggerakan seluruh anggotanya untuk
bersosialisasi
dan bertukar aktifitas terhadap sistem sosial yang terjaring, karena
interaksi
merupakan syarat utama demi kelangsungan hidup dalam bermasyarakat.
Interaksi adalah
jenis tindakan hubungan sosial baik
individu, antar individu atau
kelompok untuk
melakukan komunikasi simbolis, tatap muka dan melalui media
lainnya, tanpa
interaksi tidak mungkin ada kehidupan bersama.
Interaksi
merupakan faktor yang mempengaruhi ada atau tidaknya lapisan
sosial dalam
masyarakat. Pelapisan sosial disini dianggap sebagai kedudukan
yang berbeda-beda,
mengenai pribadi-pribadi manusia yang merangkaikan suatu
sistem sosial
yang ada dan perlakuannya sebagai hubungan orang atasan
(superior) dan
orang bawahan (inferior) satu sama lain dalam hal tertentu yang oleh masyarakat dianggap penting
Stratifikasi
timbul karena adanya interaksi di antara para anggota
masyarakat itu
sendiri. Oleh sebab itu bila individu-individu dalam suatu
masyarakat yang
berinteraksi terus-menerus dalam jangka waktu lama, maka
mereka akan
cenderung membandingkan dan menempatkan individu-individu lain
dalam sebuah
lapisan hierarki. Karena dalam masyarakat di manapun, memiliki
sistem-sistem
heirearki. Dalam hierarki ini, para anggota masyarkat ditempatkan
pada posisi
sosial tertentu, baik tinggi maupun rendah, superior atau inferior, dan
biasanya ini
terlihat ketika mereka saling berhubungan. Kenyataan inilah yang
kemudian disebut
dengan stratifikasi sosial
Stratifikasi
sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke
dalam
kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Yaitu adanya golongan dari
tingkat
tertinggi dan terendah, inti dari lapisan dalam masyarakat yaitu tidak
adanya
keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban dan
tanggung jawab
nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota
masyarakat.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Stratifikasi Sosial
Stratifikasi sosial
(Social Stratification) berasal dari kata bahasa latin “stratum” (tunggal) atau
“strata” (jamak) yang berarti lapisan. Dalam Sosiologi, stratifikasi sosial
dapat diartikan sebagai pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas
secara bertingkat. Beberapa defenisi Stratifikasi Sosial menurut para ahli :
a. Pitirim A. Sorokin
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki)
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai perbedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarki)
b. Max Weber
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
Mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
c. Cuber Mendefinisikan stratifikasi sosial
sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas kategori dari hak-hak yang berbeda
d. Drs. Robert. M.Z. Lawang
Sosial Stratification adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu system social tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise .Begitu pula dengan Seoarang filsuf bangsa Yunani yaitu Aristoteles mengatakan, bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat 3 unsur lapisan masyarakat, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang berada ditengah-tengahnya dan mereka yang melarat.
Ucapan Aristoteles ini membuktikan bahwa terjadinya lapisan-lapisan dalam masyarakat sudah
Sosial Stratification adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu system social tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese, dan prestise .Begitu pula dengan Seoarang filsuf bangsa Yunani yaitu Aristoteles mengatakan, bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat 3 unsur lapisan masyarakat, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka yang berada ditengah-tengahnya dan mereka yang melarat.
Ucapan Aristoteles ini membuktikan bahwa terjadinya lapisan-lapisan dalam masyarakat sudah
sejak saat itu bahkan diduga bahwa zaman
sebelumnya telah diakui adanya tingkatan atau lapisan-lapisan di dalam
masyarakat
2.2
Terjadinya Stratifikasi Sosial
Adanya sistem
lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan
masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar
suatu tujuan bersama. Yang biasa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat
yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaiaan, tingkat umur (senior), sifat
keaslian keanggotaan kerabat seorang kepala masyarakat, dan mungkin juga harta
dalam batas-batas tertentu. Alasan-alasan yang digunakan bagi tiap-tiap
masyarakat diantaranya : Pada masyarakat yang hidupnya dari berburu hewan
alasan utama adalah kepandaian berburu. Sedangkan pada masyarakat yang telah
menetap dan bercocok tanam, maka kerabat pembuka tanah (yang dianggab asli) dianggab
sebagai orang-orang yang menduduki lapisan tinggi. Hal ini dapat dilihat
misalnya pada masyarakat Batak, di mana marga tanah, yaitu marga yang
pertama-tama membuka tanah, dianggap
mempunyai kedudukan yang tinggi.
Mengenai sumber dasar
dari terbentuknya stratifikasi dalam masyarakat adalah suku bangsa (etnis) dan
unsur sosial. Stratifikasi yang terbentuk bersumber dari etnis apabila ada dua
atau lebih grup etnis, di mana grup etnis yang satu menguasai grup etnis yang
lainnya dalam waktu yang relatif lama. Sedangkan stratifikasi yang terbentuk
dari sumber sosial, karena adanya tuntutan masyarakat terhadap faktor-faktor
sosial tertentu. Faktor-faktor sosial itu merupakan ukuran yang biasanya
ditetapkan masyarakat berdasarkan sistem nilai yang dipandang berharga.
Faktor-faktor sosial yang berharga itu kemudian dimasukkan pada level tertentu
sesuai dengan tinggi rendahnya suatu daya guna yang dibutuhkan masyarakat pada
umumnya.
Ada beberapa ciri umum
tentang Faktor-faktor yang menentukan adanya stratifikasi sosial, yaitu antara
lain :
1. Pemilikan atas kekayaan yang bernilai
ekonomis dalam berbagai bentuk dan ukuran; artinya strata dalam kehidupan
masyarakat dapat dilihat dari nilai kekayaan srrorang dalam masyarakat.
2. Status atas dasar fungsi dalam pekerjaan,
misalnya sebagai Dokter, Dosen, buruh atau pekerja teknis dan sebagainya;
semuanya ini sangat mentukan status seseorang dalam masyarakat.
3. Kesalahan seseoran dalam beragama; jika
seseorang sungguh-sungguh penuh dengan ketulusan dalam menjalankan agamanya ,
maka status seseorang tadi akan dipandang lebih tinggi oleh masyarakat.
4. Status
atas dasar keturunan, artinya keturunan dari orang yang dianggap
terhormat ( ningrat ) merupakan ciri seseoarang yang memiliki status tinggi
dalam masyarakat.
5. Status atas dasar jenis kelamin dan umur
seseorang. Pada umumnya seseorang yang lebih tua umurnya lebih dihormati dan
dipandang tinggi statusnya dalam masyarakat. Begitu juga jenis kelamin;
laki-laki pada umumnya dianggap lebih tinggi statusnya dalam keluarga dan
masyarakat.
Secara teoritis, semua
manusia dapat dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup
kelompok-kelompok sosial, halnya tidaklah demkian. Pembedaan atas lapisan
merupakan gejala universal yang merupakan bagian sistem sosial setiap
masyarakat. Untuk meneliti terjadinya proses-proses lapisan masyarakat,
dapatlah pokok-pokok sebagai berikut yaitu sebagai brikut :
1. Sistem stratifikasi sosial mungkin
berpokok pada sistem pertengahan dalam masyarakat. Sistem demikian hanya
mempuyai arti yang khusus bagi masyarakat tertentu yang menjadi obyek
penyelidikan.
2. Sistem stratifikasi sosial dapat
dianalisis dalam rung lingkup unsur-unsur sebagai brikut :
a) Distribusi hak-hak istimewa yang obyektif
seperti misalnya penghasilan, kekayaan, keselamatan, wewenang dan sebagainya:
b) Sistem pertentangan yang diciptakan
warga-warga masyarakat (prestise dan penghargaan)
c) Kriteria sistem pertentangan, yaitu
apakah didapatkan berdasarkan kualitas pribadi, keanggotaan kelompok kerabat
tertentu, milik, wewenang atau kekuasaan
d) Lambang-lambang status, seperti misalnya
tingkah laku hidup, cara berpakaian, perumahan, keanggotaan pada suatu
organisasi dan sebagainya;
e) Mudah atau sukarnya bertukar status;
f) Solidaritas diantara individu-individu atau
kelompok-kelompok sosial yang menduduki status yang sama dalam sistem sosial
masyarakat:
i.Pola-pola interaksi (struktur cliqe, keanggotaan organisasi perkawinan dan sebagainya);
i.Pola-pola interaksi (struktur cliqe, keanggotaan organisasi perkawinan dan sebagainya);
ii. Kesamaan atau perbedaan sistem
kepercayaan, sikap dan nilai-nilai;
iii. Kesadaran akan status masing-masing;
iv. Aktivias sebagai oprgan kolektif.
2.3 Sistem Stratifikasi
Sistem stratifikasi
sosial dalam masyrakat ada yang bersifat terbuka dan ada yang bersifat
tertutup. Stratifikasi sosial yang terbuka ada kemungkinan anggota masyarakat
dapat berpindah dari status satu kestatus yang lainnya berdasarkan usaha-usaha
tertentu. Misalnya seorang yang berkerja sebagai petani mempunyai kemungkinan
dapat menjadi tokoh agama jika ia mampu meningkatkan kesalehannya dalam
menjalankan agamanya. Seorang anak buruh tani dapat mengubah statusnya menjadi
seorang dokter atau menjadi presiden sekalipun, apabila ia rajin belajar,
berpolitik dan bercita-cita untuk itu. Sebaliknya seorang anak presiden belum
tentu dapat mencapai status presiden.
Dengan demikian berarti
dalam sistem Sistem stratifikasi terbuka, setiap anggota masyarakat berhak dan
mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kemampuan sendiri untuk naik status,
atau mungkin juga justru stabil atau turun status sesuai dengan kualitas dan
kuantitas usahanya sendiri. Dalam Sistem stratifikasi ini biasanya terdapat
motivasi yang kuat pada setiap anggota masyarakat untuk berusaha memperbaiki
status dan kesejahteraan hidupnya. Sistem stratifikasi terbuka lebih dinamis
dan anggota-anggotanya cenderung mempunyai cita-cita yang tinggi.
Pada Sistem
stratifikasi sosial tertutup terdapat pembatasan kemungkinan untuk pindah
kestatus satu kestatus lainnya dalam masyarakat. Dalam sistem ini satu-satunya
kemungkinan untuk dapat masuk ada status tinggi dan terhormat dalam masyarakat
adalah karena kelahiran atau keturunan. Hal ini jelas dapat diketahui dari
kehidupan masyarakat yang mengabungkan kasta seperti di india misalnya:
a) Keanggotaan pada kasta diperoleh karna
warisan/kelahiran. Anak yang lahir memperolah kedudukan orang tuanya
b) Keangotaan yang diwariskan tadi berlaku
seumur hidup, oleh karna seseorang takmungkin mengubah kedudukannya, kecuali
bika ia dikeluarkan dari kastanya.
c) Perkawinan bersifat endogam, artinya
harus dipilih dari orang yang kekasta.
d) Hubungan dengan kelompok-kelompok sosial
lainnya bersifat terbatas.
e) Kesadaran pada keanggotaan suatu kasta
yang tertentu, terutama nyata dari nama kasta, identifikasi anggota pada
kastanya, penyesuaian diri yang ketat terhadap norma-norma kasta dan lain
sebagainya.
f) Kasta diikat oleh kedudukan-kedudukan
yang secara tradisional telah ditetapkan.
g) Prestise suatu kasta benar-benar diperhatikan
Sistem kasta di India
telah ada berabad-abad yang lalu. Istilah untuk kasta dalam bahasa india adalah
yati sedangkan sistemnya disebut varna. Menurut
kitab Rig-veda dan kitab-kitab brahmana, dalam masyarakat india kuno dijumpai
empat varna yang tersusun dari atas kebawah. Masing-masing adalah kasta
Brahmana, Ksatra, Vaicya dan Sudra.
2.4 Dasar Stratifikasi Sosial
Diantara lapisan atasan
dengan yang terendah , terdapat lapisan yang jumlahnya relatif banyak. Biasanya
lapisan atasan, tidak hanya memiliki satu macam saja dari apa yang dihargai
oleh masyarakat. Akan tetapi kedudukannya yang tinggi itu bersifat kumulatif.
Artinya, mereka yang mempunyai uang banyak, akan mudah sekali mendapatkan
tanah, kekuasaan dan mungkin kehormatan. Ukuran atau kriteria yang bisa dipakai
menggolongkan-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan
masyarakat adalah sebagai berikut :
1. Ukuran kekayaan. Barangsiapa yang
memiliki kekayaan paling banyak, termausk dalam lapisan teratas. Kekayaan tersebut
misalnya, dapat dilihat padad rumah yang bersangkutan, mobil peribadinya,
cara-caranya mempergunakan pakaian serta bahan pakaian yang di pakainya,
kebiasaan untuk berbelanja barang-barang mahal dan seterusnya.
2. Ukuran kekuasaan Barangsiapa yang memiliki
kekuasaan atau yang mempunyai wewenang terbesar, menempati lapisan atasan.
3. Ukuran kehormatan. Ukuran kehormatan
tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang
yang paling disegani dan dihormati, mendapat tempat yang teratas. Ukuran
semacam ini, banyak di jumpai pada masyarakat teradisional. Biasanya mereka
adalah golongan tua, atau mereka yang pernah berjasa.
4. Ukuran ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan
sebagai ukuran, dipakai oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Akan
tetapi ukuran tersbut Kadang-kadang yang menyebabkan terjadinya akibat-akibat
yang negative. Karna ternya bahwa bukan mutu ilmu pengetahuan yang dijadikan
ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaanya. Sudah tentu hal yang demikian memacu
segala macam usaha untuk mendapatkan gelar, walau tidak halal.
Ukuran diatas tidaklah
bersipat limitatif, karna masih ada ukuran-uakuaran lain yang dapat digunakan.
Akan tetapi ukuran-ukuran diatas amat menentukan sebagai timbulnya sistem
lapisan pada masyarakat tertentu.
2.5 Kelas-kelas Sosial
Di dalam tentang teori
lapisan senantiasa dijumpai istilah kelas (social clas ). Seperti yang sering
terjadi dengan berbagai istilah lain dalam sosiologi, maka istilah kelas, tidak
selalu mempunyai arti yang sama. Walaupun pada hakikatnya mewujudkan sistem
kedudukan-kedudukan yang pokok dalam masyarakat. Penjumlahan kelas-kelas dalam
masyarakat disebut class-system. Artinya, semua orang dan keluarga yang sadar
akan kedudukan mereka itu diketahui dan diakui oleh masyarakat umum. Dengan
demikian, maka pengertian kelas adalah paralel dengan pengetian lapisan tanpa
membedakan apakah dasar lapisan itu faktor uang, tanah, kekuasaan atau dasar
lainnya.
Adapula yang mengunakan
istilah kelas hanya untuk lapisan yang berdasarkan atas unsur ekonomis.
Sedangkan lapisan yang berdasarkan atas kehormatan dinamakan kelompok kedudukan
(status group). Selanjutnya dikatakan bahwa harus diadakan pemdedaan yang tegas
antara kelas dan kelompok kedudukan.
Max Weber mengadakan
pembedaan antara dasar ekonomis dengan dasar kedudukan sosial akan tetapi tetap
mempergunakan istilah kelas bagi semua lapisan. Adanya kelas yang bersifat
ekonomis dibaginya lagi ke dalam sub kelas yang bergerak dalam bidang ekonomi
dengan mengunakan kecakapannya. Disamping itu, Max Weber masih menyebutkan
adanya golongan yang mendapat kehormatan khusus dari masyarakat dan dinamakan
Stand.
Pada beberapa
masyarakat di dunia, terdapat kelas-kelas yang tegas sekali. Karena orang-orang
dari kelas tersebut memperoleh hak dan kewjiban yang di lindungi oleh hukum
positif masyarakat yang bersangkutan. Warga masyarakat semacam itu seringkali
mempunyai kesadaran dan konsepsi yang jelas seluruh sususan lapisan dalam
masyarakat. Misalnya di Inggris, ada istilah-istilah tertentu seperti commoners
bagi orang biasa serta nobility bagi bangsawan. Sebagaian besar warga
masyarakat Inggris, menyadari bahwa orang-orang nobility berada diatas
commoners (sesuai dengan adat istiadat)
Apabila pengertian
kelas ditinjau serta lebih mendalam, maka akan dapat dijumpai beberapa kriteria
yang tradisional, yaitu
1) Besar jumlah anggota-anggotanya,
2) Kebudayaan yang sama, yang menentukn
hak-hak dan kewajiban-kewajiban warganya,
3) Kelenggengan,
4) Tanda atau lambang-lambang yang merupakan
cori khas,
5) Batas-batas yang tegas (bagi kelompok
itu, terhadap kelompok lain).
6) Antagonisme tertentu.
Sehubungan dengan
kriteria tersebut diatas, kelas memberikan fasilitas-fasilitas hidup yang
tertentu (life-chances)bagi anggotanya. Misalnya, keselamatan atas hidup dan
harta benda, kebebasan , standar hidup yang tinggi dan sebagainya, yang dalam
arti-arti tertentu tidak dipunyai oleh warga kelas-kelas lainnya. Kecuali itu,
kelas juga mempengaruhi gaya dan tigkah laku hidup masing-masing warganya
(life-style). Karena kelas-kelas yang ada dalam masyarakat mempunyai perbedaan
dalam kesepakatan-kesepakatan menjalani jenis pendidikan atau rekreasi
tertentu.
2.6
Unsur-unsur dalam Stratifikasi Sosial
Hal yang mewujudkan
unsur dalam teori sosiologi tentang sistem lapisan masyrakat adalah kedudukan
(status) dan paranan (role).
Kedudukan dan peranan merupakan unsur-unsur baku dalam sistem lapisan, dan
mempunyai arti yang penting bagi sistem sosial. Yang diartikan sebagai sistem
sosial adalah pola-pola yang mengatur hubungan timba- balik antara individu
dalam masyarakat dan antara individu dengan masyarakatnya, dan tingkah laku
individu- individu tersebut. Dalam
hubungan-hubungan
timbal-balik tersebut , kedudukan
dan peranan individu mempunyai peranan yang penting oleh karena itu untuk
mendapatkan gambaran yang agak mendalam, ke dua hal tersebut akan dibicarakan
tersendiri dibawah ini.
1. Kedudukan
(Status)
Kedudukan Kadang-kadang
dibedakan pengertiannya dengan kedudukan sosial ( social status ). Kedudukan
diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial.
Kedudukan sosial artinya adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat
sehubungan dengan orang-orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya,
prestasinya dan hak-hak serta kewajiban-kewaibannya. Untuk lebih mudah
mendapatkan pengertia, ke dua istilah tersebut di atas akan dipergunakan dalam
arti yang sama dan digambarkan dengan istilah kedudukan saja.
Secara abstrak, kedudukan
berarti tempat seseorang dalam suatu pola tertentu. Dengan demikian , seseorang
dikatakan mempunyai beberapa kedudukan , oleh karena seseorang bisanya ikut
serta dalam berbagai pola kehidupan. Pengertian tersebut menunjukan tempatnaya
sehubungan dengan kerangka masyarakat secara menyeluruh. Seperti Kedudukan Tuan
A sebagai warga masyarakat, merupakan kombinasi dari segenab kedudukanya
sebagai guru, kepala sekolah,ketua rukun tetangga dst.
Mayarakat pada umumnya
mengembangkan dua macam Kedudukan yaitu :
a) Ascribed-Status, yaitu Kedudukan
seseoarang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah
dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya
kedudukan anak seoarang bangsawan adalah bangsawan pula.
b) Achieved-Status adalah kedudukan yang
dicapai oleh seseorang denagan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak
diperoleh atas dasar kelahiran. Akan tetapi tetapi bersifat terbukabagi siapa
saja tergantung kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai
tujuan-tujuannya. Misalnya. Setiap orang dapat menjadi hakim asalkan mempunyai
persyratan tertentu. Terserahlah kepada yang bersangkutan apakah dia mampu
menjalani persyaratan-persyaratan tersebut. Apabila tidak, tak mungkin
kedudukan sebagai hakim tersebut akan diperolehnya.
Dan kadang-kadang
dibedakan lagi satu macam kedudukan, yaitu Assigned-status, yang merupakan
kedudukan yang diberikan. Assigned-status sering mempunyai sering mempunyai hubungan yang erat dengan
Achieved-Status. Artinya suatu kelompok atau golongan memberikan kedudukan yang
lebih tinggi kepada orang yang lebih berjasa, yang telah memperjuangkan sesuatu
untuk memenuhi kebutuhan dankepentingan masyarakat. Akan tetapi kadang-kadang
kedudukan tersebut diberikan , karena seseorang telah lama menduduki suatu
kepangkatan tertentu. Misalnya seorang pegawai negeri seharusnya naik pangkat
secara reguler, setelah menduduki kepangkatannya yang lama, selama jangka waktu
tertentu.
2. Peranan (Role)
Peranan (role)
merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak
dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya maka dia menjalankansuatu peranan.
Pembedaan antara kedudukan dengan peranan adalah untuk kepentingan ilmu dan
pengetahuan. Keduanya takdapat dipisah-pisahkan, karna yang satu tergantung
pada yang lain dan sbaliknya. Tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan
tanpa peranan. Sebagaimana halnya dengan kedudukan, peranan juga mempunyai dua
arti. Setiap orang mempunyai macam peranan yang berasal dari pola-pola
pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang
diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan
oleh masyarakat kepadanya. Pentingnya peranan adalah karna ia mengatur
perillaku seseorang. Orang yang bersangkutan akan dapat menyesuaikan perilaku
sendiri dan perilaku orang-orang sekelompoknya.Hubungan-hubungan sosial yang
ada masyarakat, merupakan hubungan antara peranan- peranan individu dalam
masyarakat. Peranan diatur oleh norma-norma yang berlaku. Misalnya, norma
kesopanan menghendaki agar seorang lelaki berjalan bersama seorang wanita.
Peranan yang melekat
pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam pergaulan
ke3maqsyarakatan. Posisi seseorang dalam masyarakat (yaitu social position)
merupakan unsur statis yang menunjukan tempat individu pada organisasi
masyarakat. Peranan lebih banyak menunjuk pada fungsi, penyusuaian diri dan
sebagai suatu proses. Jadi, seseorang menduduki suatu posisi dalam masyarakat
serta menjalankan suatu peranan. Peranan mencakup tiga hal, yaitu :
a) Peranan meliputi norma-norma yang
dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam
arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang
dalam kehidupan kemasyarakatan.
b) Peranan adalah suatu konsep tentang apa
yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c) Peranan juga dapat dikatakan sebagai
perilaaku individu yang penting bagi struktur sosioal masyarakat.
Perlu pula disingung
perihal fasilitas bagi peranan indivudu (role-facilities). Masyarakat
biasanyamemberikan fasilitas-fasilitas pada individu untuk dapat menjalankan
peranan. Lembaga-lembaga kemasyarakatan merupakan bagaian masyarakat yang
banyak menyediakan peluang-peluang untuk pelasaksanaan peranan. Kadang-kadang
perubahan struktur suatu golongan kemasyarakatan menyebabkan fasilitas
bertambah. Misalnya, perubahan organisasi suatu sekolah yang memerlukan
penambahan guru, pegawai administrasi, dan seterusnya. Akan tetapi sebaliknya,
juga dapat mengurangi peluang-peluang, apabila terpaksa diadakan rasionalisasi
sebagai akibat perubahan struktur dan organisasi.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum kali ini adalah
1 stratifikasi sosial merupakan konfigurasi atau
pemilihan struktur sosial menggunakan parameter graduated / berjenjang.
Sehingga didalam masyarakat terdapat kelas – kelas sosial.
2. unsur-unsur stratifikasi masyarakat adalah kedudukan dan
peranan
3. faktor yang
membuat terjadinya stratifikasi sosial adalah pemabagian kerja , konflik
sosoial, hak pemilik , perbedaan ras, dan pembagian tugas.
Comments
Post a Comment