Laporan PERBANYAKAN BIBIT PISANG MENGGUNAKAN TEKNIK KULTUR JARINGAN


PERBANYAKAN BIBIT PISANG MENGGUNAKAN TEKNIK KULTUR JARINGAN
( Laporan Praktikum Pembiakan Vegetatif )




Oleh

Susanto
1814161020
Kelompok 10









 

















JURUSAN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2020
I PENDAHULUAN




1.1 Latar Belakang
Kultur jaringan adalah salah satu metode yang digunakan dalam pengembangan
Bioteknologi Tumbuhan. Metode ini merupakan prosedur pemeliharaan dan pertumbuhan jaringan tanaman (sel, kalus, protoplas) serta organ (batang, akar, embrio) pada kultur aseptis (in vitro) (Hartmann dkk., 1997). Prinsip dasar kultur jaringan adalah teori totipotensi menurut Schwann dan Schleiden (1838) yang menyatakan bahwa setiap sel mempunyai kemampuan untuk tumbuh menjadi individu baru jika berada pada lingkungan yang sesuai. Kondisi lingkungan untuk kultur jaringan harus terkontrol baik dari segi suhu, kelembaban dan cahaya. Selain kondisi lingkungan yang terkontrol, suplai nutrisi dan penambahan zat pengatur tumbuh juga sangat penting. 

Budidaya tanaman pisang dewasa ini dihadapkan pada masalah serangan hama dan penyakit, pengadaan bibit bermutu dan seragam, serta adanya kualifikasi mutu untuk kualitas ekspor dimana kulit pisang harus mulus tanpa bercak. Ketiga permasalahan di atas dapat diatasi melalui metode kultur jaringan. Dengan metode ini akan diperoleh bibit tanaman yang seragam dalam jumlah besar dalam waktu singkat, bebas patogen terutama patogen yang menyerang tanaman muda serta kulit buah mulus tanpa bercak (Baneerje et al., 1986).

Kebutuhan akan buah pisang ini meningkat dari tahun ke tahun, dan
tingginya kebutuhan itu sudah tentu harus diimbangi dengan peningkatan
produksi. Oleh karena itu bibit pisang yang berkualitas dalam jumlah besar dan
berkesinambungan penyediaannya harus dilakukan (Yusnitawati dan

Triwahyuningsih, 2002). Selain keunggulan tersebut pisang juga memiliki kelemahan terutama karena umumnya tanaman mudah terserang virus yang cukup sulit dikendalikan. Perbanyakan vegetatif tanaman secara konvensional tidak banyak membantu mengatasi permasalahan ini, karena anakan yang digunakan sebagai bibit biasanya berasal dari induk yang sudah tertular penyakit. Selain itu produksi anakan juga sangat lambat, dalam satu tahun maksimal hanya menghasilkan 10 anakan. Perbanyakan bibit secara vegetatif melalui teknik kultur in vitro merupakan salah satu alternatif memproduksi bibit dengan kualitas yang
terjamin, karena dengan teknik ini dapat dihasilkan banyak bibit bebas penyakit dalam jumlah banyak dan dalam waktu cepat (Ernawati et al.,1992).


1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut
1.Mengetahui cara tehnik kultur jaringan pada tanaman pisang.
2.Mengetahui fungsi kultur jaringan pada perbanyakan tanaman pisang.

















II HASIL DAN PEMBAHASAN




2.1 Hasil pengamatan

No
Gambar
Keterangan
1.

Persiapan media , dimulai dari pencucian botol , pembuatan media agar , dan meletakan media diruang kultur.
2.

Inisiasi atau penyiapan bahan tanam/ explan tanaman pisang yang diambil dari bonggol pisang.

3.

Eksplan dimasukan ke laminar air flow untuk dikulturkan
4.

Setelah eksplan tumbuh dilakukan pemisahan dari kumpulan klon sampai 7 kali subkultur sampai menghasilkan planlet
5.

Aklimatisasi pemindahan planlet secara perlahan dari ruang kultur ke media tanah atau sekam selama 15 hari.
5.

Pemindahan bibit ke polybag untuk ditanam dilahan.
2.2 Pembahasan

Tahapan dalam mengkulturkan tanaman pisang terdapat beberapa tahap yaitu dari tahap 0 hingga tahap IV. Tahap 0 merupakan pemilihan dan penanganan tanaman induk pisang yang baik dan agar kultur jaringan tanaman berhasil . Tanaman induk yg digunakan sebagai sumber eksplan harus terbebas hari patogen penyebab penyakit maupun serangan hama. Biasanya tanaman induk yg dijadikan eksplan dipelihara terlebih dahulu di rumah kaca, untuk mendapatkan eksplan aseptik dan agar tingkat kontaminasi dapat ditekan serendah mungkin. penyeleksian tanaman induk dilakukan kurang lebih 5-8 bulan ( Yusnita 2020).

Tahap II merupakan tahapan mengsubkulturkan dan perbanyakan propagul / eksplan bahan tanam pisang. Pada tahap ini eksplan aseptik menunjukkan pertumbuhan awal dari tahap I disubkultur ke media baru untuk memperbanyak bahan tanam atau propagul. Pada tahap II ini dapat diulang beberapa kali untuk menghasilkan tunas tunas mikro dalam jumlah banyak atau biasanya sering disebut dengan subkultur yaitu pemindahan eksplan dari suatu media ke media lain yang kandungan nya sama untuk mendapatkan nutrisi baru. Jumlah tunas yg dihasilkan pada tahap perbanyakan akan bertambah sesuai deret ukur dengan faktor pengali jumlah tunas per eksplan per periode pengulturan. Setiap periode pengulturan lamanya tergantung dari jenis tanaman.Proses perbanyakan di tahap II bisa dilakukan hingga 4-6 kali periode pengulturan tergantung jumlah kultur yg kita inginkan ( Yusnita 2020).

Tahap III merupakan pemanjangan tunas dan akar. Tahap ini merupakan tahapan lanjutan dari tahap dua , eksplan yang sudah mulai tumbuh dipindah pada media agar yang baru dengan nutrisi baru untuk dikembang dan memperpanjang tunas maupun akar. Media multiplikasi yg digunakan mengandung ZPT, seperti sitokinin yang digunakan untuk memicu pertumbuhan tunas ( Yusnita 2020).

Tahap IV Aklimatisasi planlet ke lingkungan ex vitro (diluar botol kultur ) merupakan proses terakhir dari kultur jaringan.  Aklimatisasi merupakan proses adaptasi planlet pisang ke lingkungan baru, di mana suhu, kelembaban, dan sumber energi berbeda dari lingkungan sebelumnya. Planlet pisang dipindahkan pada media seperti arang sekam , sekam basah dan lain sebagainya untuk mendapatkan energy dari hasil fotosintesis.

Metode perbanyakan tanaman dengan cara Kultur Jaringan mempunyai banyak keuntungan seperti dapat memperoleh bahan tanaman yang unggul dalam jumlah banyak dan seragam, selain itu dapat diperoleh biakan steril (mother stock) sehingga dapat digunakan sebagai bahan untuk perbanyakan selanjutnya (Lestari, 2011). Tetapi, dalam melakukan kultur jaringan setidaknya ada beberapa faktor yang harus diperhatikan karena mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan itu sendiri.  Setidaknya, ada empat faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur in vitro, yaitu genotipe, media kultur, lingkungan tumbuh, dan eksplan yang digunakan (George dan Sherrington,1984).



















IV KESIMPULAN




Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Cara teknik kultur jaringan terdapat 5 tahap yang dimulai dari tahap 0 sampai dengan IV . Kultur jaringan dilakukan dengan steril agar tanaman yang dikulturkan dapat tumbuh dengan baik.
2. Tehnik kultur Jaringan berfungsi untuk  dapat memperoleh bahan tanaman yang unggul dalam jumlah banyak dan seragam dan dalam waktu yang cukup singkat.



















DAFTAR PUSTAKA


Banerjee. N., D. Vuylsteke and E.A.L. De Langhe. 1986. Meristem Tip
         Culture of Musa
. Histomorpho logical Studies of Shoot Bud Proliferation.
         International Institute of Tropical Crop Agriculture, Nigeria.

Ernawati, A., R.M. Imron dan L.W. Gunawan. 1992. Penyediaan
         Bibit Pisang Tanduk (Musa paradisiaca AA Group) secara Kultur Jaringan.
         Agronomi Jurnal Vol XXI (1: 27-35).

George dan Sherrington,1984. Shoot-Tip Culture for the Propagation,
         Conservation and Exchange of Musa Germplasm
. FAO Citrus
         Rehabilitation Project, Rome. 56p.

Hartmann, H.T., D.E. Kester, F.T. Davies Jr., and R.L. Geneve. 1997. Plant
        Propagation: Principle And Practices
. Sixth Ed.

Lestari, 2011. Zat Pengatur Tumbuh.Lab. Kultur Jaringan PAU
         Bioteknologi IPB Bogor.

Schwann ,Schleiden 1838 .  Bioteknologi Pertanian. Gadjah Mada University
         Press. Yogyakarta 

Yusnita 2020 . Bahan ajar kuliah Pembiakan vegetatif. Fakultas Pertanian
         Universitas Lampung . Lampung.

Yusnitawati, E. dan Triwahyuningsih, N. 2002. Penggantian Garam
         Anorganik Medium MS dengan Pupuk Daun pada Perbanyakan Pisang
         Cavendish Secara in vitro. Jurnal Ilmu Pertanian. V




Comments

Popular posts from this blog

Laporan pemveg PERBANYAKAN TANAMAN MENGGUNAKAN ORGAN KHUSUS

laporan kacang panjang