Praktikum pengamatan profil tanah

PENGAMATAN PROFIL TANAH
( Laporan Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah )




Oleh

Susanto                            1814161020
Adinda Nurulita Putri            18141610
Wahyudi                               18141610
Panca Rahayu Anggi            18541610

Kelompok 1






Description: Description: LOGO-Unila3.jpg
 












JURUSAN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2019
I . PENDAHULUAN




1.1    Latar Belakang

Tanah adalah lapisan nisbi tipis pada permukaan kulit. Pembentukan tanah dari bongkahan bumi mulai dari proses-proses pemecahan atau penghancuran dimana bahan induk berkeping-keping secara halus. Fungsi utama tanah adalah sebagai media tumbuh makhluk hidup. Proses pembentukan tanah dimulai dari hasil pelapukan batuan induk (regolit) menjadi bahan induk tanah, diikuti oleh proses pencampuran bahan organik yaitu sisa-sisa tumbuhan yang dilapuk oleh mikroorganisme dengan bahan mineral dipermukaan tanah, pembentukan struktur tanah, pemindahan bahan-bahan tanah dari bagian atas ke bagian bawah dan berbagai proses lain, sehingga apabila kita menggali lubang pada tanah maka akan terlihat lapisan-lapisan tanah yang berbeda sifat fisik, kimia, dan biologinya, lapisan-lapisan inilah yang disebut dengan horizon tanah yang terbentuk dari mineral anorganik akar. Susunan horizon tanah tersebut biasa disebut Profil Tanah.

Dengan kata lain, Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah yang menunjukkan susunan horizon tanah, dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan induk dibawahnya. Lapisan-lapisan tersebut terbentuk selain dipengaruhi oleh perbedaan bahan induk sebagai bahan pembentuknya, juga terbentuk karena pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air.

Terdapatnya horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umum terdapat dalam perkembangan Profil Tanah. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan


pengamatan Profil Tanah dalam langkah awal penelitian dan pengamatan terhadap tanah.

1.2 Tujuan Praktikum

Tujuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut
1. Mahasiswa dapat mengetahui profil tanah.
2. Mahasiswa dapat mengetahui susunan horizon tanah.
3. Mahasiswa dapat mengetahui proses pembentukan tanah.

























II  TINJAUAN PUSTAKA




Profil Tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara (Pasaribu, 2007).

Horizon Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya, organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah sebelah bawah, dan regolith bedrock).
Terdapat 3 horison atau lapisan di dalam tanah horizon O , A , B , dan C . Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan pembentukannya, bebatuan ini dikelompokkan menjadi  3 golongan yaitu:
1.    Batuan beku (igneous rock) yang merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses solidifikasi (pembekuan) magma cair. Apabila proses pembentukannya terjadi jauh dibawah tanah, maka bebatuan yang terbentuk disebut plutonik (batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang) jika pembekuannya terjadi didalam liang-liang menuju permukaan tanah, dan disebut ekstrusi (batuan vulkanik atau lelehan) jika pembekuannya terjadi dipermukaan tanah.
2.    Batuan sedimen (sedimentary rock) merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses konsolidassi (pemadatan) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angina atau air dibawah permukaan bumi.


3.    Batuan peralihan (metamorf) yang merupakan batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami transformasi (perubahan rupa) akibat adanya pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau gas aktif.

Horizon O adalah lapisan teratas yang hampir seluruhnya mengandung bahan organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada horizon ini. Juga humus. Humus dari horizon O bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk horizon A, soil berwarna gelap yang kaya akan bahan organik dan aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan. Dua horizon teratas ini sering disebut topsoil. Asam organik dan CO2 yang diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada topsoil meresap ke bawah ke horizon E, atau zona pencucian, dan membantu melarutkan mineral seperti besi dan kalsium. Pergerakan air ke bawah pada horizon E membawa serta mineral terlarut, juga mineral lempung berukuran halus, ke lapisan di bawahnya. Pencucian (atau eluviasi) mineral lempung dan terlarut ini dapat membuat horizon ini berwarna pucat seperti pasir (Hakim, 2007).

Horizon C ialah material batuan asal yang belum seluruhnya lapuk yang berada di bawah horizon B. Material batuan asal ini menjadi subjek pelapukan mekanis maupun kimiawi dari frost action, akar tumbuhan, asam organik, dan agen lainnya. Horizon C merupakan transisi dari batuan asal (sedimen) di bawahnya dan soil yang berkembang di atasnya (Buckman, 2002).

Faktor- faktor yang mempengaruhi pembentukan soil
1.    Kemiringan
Daerah dengan kemiringan terjal akan mengandung sedikit soil atau tidak sama sekali, Hal ini disebabkan oleh gravitasi yang membuat air dan partikel soil bergerak ke bawah. Vegetasi akan jarang sehingga akan sedikit akar tanaman yang menyentuh batuan lapuk dan akan sangat jarang bahan organik yang menyediakan nutrien. Kontras dengan yang tadi, daerah bottomland akan sangat tebal, namun drainasenya kurang baik dan soil akan jenuh air.

2.    Material Asal
Material asal adalah sumber dari mineral lapuk yang membentuk hampir seluruh soil. Soil yang berasal dari granit lapuk akan menjadi pasiran karena partikel kuarsa dan feldspar yang terlepas dari granit. Setelah butiran feldspar lapuk, mineral lempung berukuran halus akan terbentuk. Soil yang terbentuk akan memiliki variasi ukuran butir yang sangat baik untuk drainase dan kemampuan menahan air.
Pembentukan soil dari basalt tidak akan menjadi pasiran, bahkan saat tahap awal pembentukannya. Jika pelapukan kimiawi lebih prevalent dari pada mekanis, butiran feldspar yang lapuk akan langsung menjadi mineral lempung halus. Karena batuan asal tidak mengandung butiran kasardan kuarsa, soil yang terbentuk akan kekurangan pasir. Soil seperti ini tidak akan terdrainase dengan baik, walau bisa saja tetap subur.

3.    Organisme Hidup
Fungsi utama organisme hidup adalah untuk menyediakan bahan organik bagi soil. Humus akan menyediakan nutrien dan membantu menahan air. Tumbuhan membusuk akan melepaskan asam organik yang meningkatkan pelapukan kimiawi. Hewan penggali seperti semut, cacing, dan tikus membawa partikel soil ke permukaan dan mencampur bahan organik dengan mineral.
Lubang-lubang yang dibuat akan membantu sirkulasi air dan udara, meningkatkan pelapukan kimiawi dan mempercepat pembentukan soil. Mikroorganisme seperti bakteri, jamur, dan protozoa membantu proses pembusukan bahan organik menjadi humus.
4.    Waktu
Karakter soil berubah seiring berjalannya waktu. Soil yang masih muda masih mencerminkan struktur material asalnya. Soil yang sudah dewasa akan lebih tebal. Pada daerah volkanik aktif, rentang waktu antarerupsi dapat ditentukan dengan meneliti ketebalan soil yang terbentuk pada masing-masing aliran ekstrusif. Soil yang telah terkubur dalam-dalam oleh aliran lava, debu vulkanik, endapan glasial, atau sedimen lainnya disebut paleosol. Soil seperti ini dapat dilacak secara regional dan dapat mengandung fosil. Maka dari itu, soil ini

sangat berguna untuk dating batuan dan sedimen, serta untuk menginterpretasi iklim dan topografi lampau.
5.    Iklim
Iklim barangkali merupakan faktor terpenting yang menentukan ketebalan dan karakter soil. Material asal pada topografi yang sama dapat terbentuki menjadi soil yang berbeda jika iklimnya berbeda. Temperatur dan curah hujan menentukan pelapukan kimiawi atau mekaniskah yang paling dominan, dan akan berpengaruh kepada laju dan kedalaman pelapukan. Iklim juga menentukan jenis organisme yang dapat hidup di soil tersebut  (Lopulisa, 2004).

























III METODOLOGI PRAKTIKUM




3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut bor tanah, cangkul , garpu tanah, linggis, skop , meteran rol baja, pengukur ph tanah, penetometer , luope dan palu geologi. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut Aluminium , pita , dan buku munsell soil color chart.

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah

1. Dilakuakn orientasi pada seluruh penampang tanh dan perhatikan adanya perbedaan-perbedaan sifat tanah dalam setiap lapisan tanah.
2. Digunakan pisau dibagian kanan untuk menusuk-nusuk dinding penampang. Sementara tangan kiri merasakan perbedaan dengan meremasnya.
3. Ditarik batas berdasarkan perbedaan-perbedaan yang dirasakan dan dilihat warnanya dan teskturnya.
4. Dipasang meteran, sehingga bisa diketahui kedalaman dan ketebalan setiap lapisan dan diberi nomor.
5. Dilakukan deskripsi dan dicatat hasil deskripsinya.
6. Hasil




IV HASIL DAN PEMBAHASAN




4.1 Hasil

Deskripsi Titik 2
Kode minipit  : H1T2  
Lokasi   : Kebun Percobaan FP UB, cangar
Koordinat  : 
Topografi  :  Tak teratur dan Berombak
Drainase  :  Lambat
Genangan air  : 
Pengelolaan air : 
Erosi   :  Angin
Vegetasi  :  Belukar

Penampang
Horizon
Deskripsi










Comments

Popular posts from this blog

Laporan pemveg PERBANYAKAN TANAMAN MENGGUNAKAN ORGAN KHUSUS

Laporan PERBANYAKAN BIBIT PISANG MENGGUNAKAN TEKNIK KULTUR JARINGAN

laporan kacang panjang