laporan pengenalan alat pengendalian gulma
PENGENALAN ALAT
PENGENDALI GULMA
( Laporan Praktikum Dasar – Dasar Perlindungan
Tanaman )
Oleh
Susanto
1814161020
Kelompok 3
JURUSAN AGRONOMI
DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
2019
ISI
1.1 Hasil
|
Keterangan
A
. Selang
B
. Tangki
C
. Stik pompa
D
. Tutup tangki
E
. Tali gendong
F
. Nozzle
G
. Stik nozzle
|
|
Keterangan
A
. Gagang pendorong
B
. Tungkai
C
. Pisau osrok
|
|
Keterangan
A
. Gagang Cangkul
B
. Tempat lekatan cangkul
C
. Badan cangkul
D
. Mata cangkul
|
1.2 Pembahasan
Metode
yang digunakan untuk pengendalian gulma antara lain.
1. Preventif (pencegahan)
Metode
pencegahan ini dapat di lakukan dengan beberapa cara antara lain dengan
pembersihan bibit-bibit pertanaman dari kontaminasi biji-biji gulma , Pencegahan
pemakaian pupuk kandang yang belum matang , Pencegahan pengangkutan jarak jauh
jerami dan rumput-rumput makanan ternak , Pemberantasan gulma di sisi-sisi sungai
dan saluran-saluran pengairan , Pembersihan ternak yang akan diangkut ,
Pencegahan
pengangkutan tanaman berikut tanahnya dan lain sebagainya
(
Eprim,2006 ).
2. Pengendalian gulma secara fisik
Pengendalian
gulma secara fisik ini dapat dilakukan dengan jalan :
a. Pengolahan tanah
Pengolahan
tanah menggunakan alat-alat seperti cangkul, garu, bajak, traktor yang berfungsi untuk memberantas gulma.
Efektifitas alat-alat pengolah tanah di dalam memberantas gulma tergantung
beberapa faktor seperti siklus hidup dari gulma, penyebaran akar, umur dan
ukuran infestasi,
b. Pembabatan (pemangkasan, mowing)
Pembabatan
umumnya hanya efektif untuk mematikan gulma setahun dan relatif kurang efektif
untuk gulma tahunan. Efektivitas cara ini tergantung pada waktu pemangkasan,
interval (ulangan) Pembabatan sebaiknya dilakukan pada waktu gulma menjelang
berbunga atau pada waktu daunnya sedang tumbuh dengan hebat.
c. Penggenangan
Penggenangan
efektif untuk memberantas gulma dengan menggenangi sedalam 15 – 25 cm selama 3
– 8 minggu. harus cukup terendam sehingga pertumbuhan gulma tertekan.
d. Pembakaran
Suhu
kritis yang menyebabkan kematian pada kebanyakan sel adalah 45 – 550 C,
kematian dari sel-sel yang hidup pada suhu di atas disebabkan oleh koagulasi
pada protoplasmianya. Pembakaran secara terbatas masih sering dilakukan untuk
membersihkan tempat-tempat dari sisa-sisa tumbuhan setelah dipangkas.
Pembakaran juga dapat mematikan insekta dan hama lain serta penyakit seperti
cendawan, bakteri kekurangan dari sistem ini dapat mengurangi kandungan humus atau
mikroorganisme tanah, dapat memperbesar erosi.
e. Mulsa
(mulching, penutup seresah)
Penggunaan
mulsa untuk mencegah cahaya matahari tidak sampai ke gulma, sehingga gulma
tidak dapat melakukan fotosintesis, akhirnya akan mati dan pertumbuhan yang
baru (perkecambahan) dapat dicegah. Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk
mulsa antara lain jerami, pupuk hijau, sekam, serbuk gergaji, kertas dan
plastic ( Eprim,2006 ).
3. Pengendalian gulma secara biologis
Pengendalian
gulma secara biologis (hayati) dengan menggunakan organisme lain, seperti
insekta, fungi, bakteri sebagainya.
Pengendalian biologis yang intensif dengan insekta atau fungi dapat erpotensi
mengendalikan gulma secara biologis.
4. Pengendalian gulma secara kimiawi
Pengendalian
gulma secara kimiawi adalah pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida.
Yang dimaksud dengan herbisida adalah senyawa kimia yang dapat digunakan untuk
mematikan atau menekan pertumbuhan gulma, baik secara selektif maupun non
selektif. Macam herbisida yang dipilih bisa kontak maupun sistemik, dan
penggunaannya bisa pada saat pratanam, pratumbuh atau pasca tumbuh. Keuntungan
pengendalian gulma secara kimiawi adalah cepat dan efektif, terutama untuk
areal yang luas. Beberapa segi negatifnya ialah bahaya keracunan tanaman,
mempunyai efek residu terhadap pencemaran lingkungan. Sehubungan dengan
sifatnya ini maka pengendalian gulma secara kimiawi ini harus merupakan pilihan
terakhir apabila cara-cara pengendalian gulma lainnya tidak berhasil (Radiyati,
1992).
5.
Teknik Budidaya
Pengendalian
cara ini merupakan cara yang sederhana yaitu dengan mengatur budidaya tanaman ,
seperti mengatur jarak tanam , Mengatur pola tanam.
Untuk
pengendalian jenis ini dapat berupa tanaman tumpangsari tujuannya agar gulma
tidak ada ruang untuk tumbuh karna dipenuhi oleh tanaman budidaya, dengan
tanaman tumpang sari mendapatkan keuntungan lain seperti hasil panen yang tidak
hanya 1 jenis tanaman budidaya saja.
6.
Metode terpadu
Metode
ini merupakan metode pencampuran antara beberapa cara pengendalian gulma.
Pengendalian disesuaikan dengan keadaan gulma apakah gulma sudah mengganggu
tanaman atau tidak, gulma akan di kendalikan jika tanaman berkompetisi merebut
unsur hara maka harus dikendalikan , namun jika tanaman sudah hampir panen maka
gulma tidak perlu pengendalian ( Sutikno,1990 ).
Penyemprotan
merupakan cara aplikasi pestisida yang paling umum digunakan. Sekitar 75% dari
seluruh pestisida di dunia diaplikasikan dengan cara disemprotkan. Alat
penyemprot/Sprayer digunakan untuk mengaplikasikan bahan kimia aktif
pengendalian hama penyakit yang terlarut dalam air ke objek semprot (daun,
tangkai, buah) dan sasaran semprot (hama-penyakit). Salah satu bagian sprayer
adalah nozzle, yang menentukan karakteristik semprotan seperti pengeluaran,
sudut penyemprotan, lebar penutupan, pola semprotan, dan pola penyebaran yang
dihasilkan. Berikut beberapa jenis nozzle yang dikenal di dunia pertanian ( Fadhly,
2004 ).
1.
Cone nozzle (nozzle kerucut)
Cone
nozzle menghasilkan semprotan halus. Pola semprotan berbentuk bulat (kerucut).
Terdiri dari 2 tipe, yaitu Solid cone nozzle dan Hollow cone nozzle.
Solid
cone nozze menghasilkan pola semprotan bulat penuh berisi, sedangkan hollow
cone nozzle menghasilkan semprotan berbentuk kerucut bulat kosong. Digunakan
terutama untuk aplikasi insektisida dan fungisida.
2.
Flat Fan Nozzle (nozzle kipas standar)
Nozzle
kipas standar menghasilkan pola semprotan berbentuk oval (V) atau bentuk kipas
dengan sudut tetap (65o-95o). Untuk mendapatkan sebaran droplet yang merata
diusahakan melakukan penyemprotan dengan saling tumpang tindih (overlapping).
Digunakan terutama untuk aplikasi herbisida, tetapi bisa juga digunakan untuk
fungisida dan insektisida ( Fadhly, 2004 ).
3.
Even Flat Fan Nozzle (nozzle kipas rata)
Nozzle
kipas rata memiliki pola semprot berbentuk garis. Butiran semprot tersebar
merata. Pada tekanan rendah digunakan untuk aplikasi herbisida pada barisan tanam
atau antar barisan tanam. Pada tekanan tinggi, digunakan untuk aplikasi
insektisida pada pengendalian vektor. Ukuran butiran semprot sedang hingga
halus.
4.
Nozzle Polijet
Pola
semprotan yang dihasilkan oleh nozzle polijet pada dasarnya berbentuk garis
atau cerutu. Butiran semprot agak kasar hingga kasar. Tidak atau sangat sedikit
menimbulkan drift dan hanya digunakan untuk aplikasi herbisida.
5.
Nozzle lubang empat
Nozzle
lubang empat ini menghasilkan pola semprotan berbentuk kerucut. Butiran semprot
halus sampai agak halus (tergantung tekanan). Flow rate tinggi (karena jumlah
lubangnya empat) karena itu cenderung boros. Umumnya digunakan untuk aplikasi
insektisida dan fungisida ( Fadhly, 2004 ).
Dalam
pengendalian gulma terdapat beberapa alat pengendali yang dapat digunakan
antara lain Knapsack Sprayer , Osrok dan
Cangkul. Masing – masing dari alat tersebut
Mempunyai
fungsi antara lain,
1.
Knapsack Sprayer
Prinsip
kerja Knapsack sprayer . Larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya
tekanan udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan
penyemprot. Pada waktu gagang pompa digerakan, larutan keluar dari tangki
menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung meningkat. Keadaan ini
menyebabkan larutan pestisida dalam tangki dipaksa keluar melalui klep dan
selanjutnya diarahkan oleh nozzle bidang sasaran semprot.
Tekanan
udara yang dihasilkan oleh pompa diusahakan konstant, yaitu sebesar 0,7 – 1,0
kg/cm2 atau 10-15 Psi. Tekanan sebesar itu diperoleh dengan cara mempompa
sebanyak 8 kali. Untuk menjaga tekanan tetap stabil, pemompaan dilakukan setiap
berjalan 2 langkah pompa harus digerakan sekali naik-turun. Kapasitas tangki
knapsack sprayer bervariasi berkisar antara 13, 15, 18, 20 tergantung mereknya.
Contoh knapsack sprayer antara lain Merek Solo, Hero, CP 5, Matabi, Berthoud, dan
PB ( Smith, 1981 ).
2
. Cangkul
Cangkul
adalah satu jenis alat tradisional yang digunakan dalam pertanian. Cangkul
digunakan untuk menggali, membersihkan tanah dari rumput ataupun untuk
meratakan tanah. Cangkul masih digunakan hingga kini. Pekerjaan yang lebih berat
biasanya menggunakan bajak. Cangkul biasanya terbuat dari kayu dan besi. Cara
kerja cangkul yaitu dengan cara memukul mata cangkul ke dalam tanah sesuai
dengan kedalam tanah yang diinginkan (Tabri, 2004 ).
3.
Osrok
Osrok
/ Gasruk Pagi adalah alat pertanian yang digunakan para petani untuk mencabuti
rumput-rumput liar di sawah atau dalam bahasa jawa disebut matun. Bentuk alat
ini cukup unik dan mungkin tak semua orang tahu akan alat ini. Bentuknya mirip
seperti setrika yang mempunyai gigi seperti yang terlihat pada gambar
disamping. Gigi-gigi inilah yang berfungsi untuk mencabut rumput-rumput liar di
sawah. Pada bagian atasnya terdapat lubang yang digunakan untuk memasukkan
garan agar mempermudah dalam penggunaannya. Osrok ini terbuat dari lempengan
drum bekas sehingga alat ini sangatlah ringan untuk di bawa. Drum bekas tadi di
pande dan di bentuk sedemikian rupa hingga menghasilkan alat pertanian osrok
ini. Dengan alat ini petani akan sangat mudah untuk mencabuti rumput-rumput
liar di sawah mereka sebelum ditanami tanaman padi. Untuk lebih jelas mengenai
alat ini bisa dilihat pada gambar di bawah ini
(
Tabri, 2004 ).
II KESIMPULAN
Kesimpulan
pada praktikum ini adalah sebagai berikut
1.
Pengendalian gulma dalam pertanian sangat penting dilakukan agar tanaman
budidaya tidak berkompetisi hara dengan gulma, sehingga tanaman dapat hidup
dengan baik.
budidaya tidak berkompetisi hara dengan gulma, sehingga tanaman dapat hidup
dengan baik.
2.
Alat yang digunakan untuk mengendalikan gulma antara lain Knapsack sprayer,
cangkul , dan osrok.
cangkul , dan osrok.
LAMPIRAN
Comments
Post a Comment